cover
Contact Name
Muhammad Najib Habibie
Contact Email
najib.habibie@gmail.com
Phone
+6285693191211
Journal Mail Official
jurnal.mg@gmail.com
Editorial Address
Jl. Angkasa 1 No. 2 Kemayoran, Jakarta Pusat 10720
Location
Kota adm. jakarta pusat,
Dki jakarta
INDONESIA
JURNAL METEOROLOGI DAN GEOFISIKA
ISSN : 14113082     EISSN : 25275372     DOI : https://www.doi.org/10.31172/jmg
Core Subject : Science,
Jurnal Meteorologi dan Geofisika (JMG) is a scientific research journal published by the Research and Development Center of the Meteorology, Climatology and Geophysics Agency (BMKG) as a means to publish research and development achievements in Meteorology, Climatology, Air Quality and Geophysics.
Articles 9 Documents
Search results for , issue "Vol 13, No 1 (2012)" : 9 Documents clear
PENGEMBANGAN MODEL PREDIKSI MADDEN-JULIAN OSCILLATION (MJO) BERBASIS HASIL ANALISIS DATA WIND PROFILER RADAR (WPR) Naziah Madani; Eddy Hermawan; Akhmad Faqih
Jurnal Meteorologi dan Geofisika Vol 13, No 1 (2012)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (356.528 KB) | DOI: 10.31172/jmg.v13i1.117

Abstract

Latar belakang penelitian ini adalah pentingnya kajian mengenai MJO sebagai salah satu osilasi dominan di kawasan ekuator. Penelitian ini bertujuan untuk membuat model prediksi MJO berdasarkan analisis data WPR. Pada penelitian ini kejadian MJO diidentifikasi dari data kecepatan angin zonal pada lapisan 850 mb di kawasan Pontianak, Manado, dan Biak. Sebelum data angin zonal ini dimanfaatkan untuk melihat perilaku MJO, maka data angin tersebut  terlebih dahulu dibandingkan dengan data indeks MJO yaitu RMM1 dan RMM2. RMM1 dan RMM2 merupakan sepasang indeks untuk memonitor kejadian MJO secara realtime. Hasil analisis Power Spectral Density (PSD) data kecepatan angin zonal lapisan 850 mb menunjukkan adanya sinyal MJO kuat yang dicirikan dengan adanya osilasi sekitar 45 harian. Hasil korelasi dan regresi juga menunjukkan bahwa terdapat keterkaitan yang signifikan antara kedua data tersebut. Hal tersebut mengindikasikan bahwa data kecepatan angin zonal lapisan 850 mb dapat digunakan untuk analisis MJO. Pada penelitian ini, prediksi MJO didasarkan pada data kecepatan angin zonal menggunakan metode ARIMA Box-Jenkins. Melalui metode ini, model yang mendekati data deret waktu kecepatan angin zonal pada lapisan 850 mb di Pontianak adalah ARIMA(2,0,0), model prediksi untuk Manado adalah ARIMA(2,1,2), sedangkan untuk Biak adalah ARIMA(0,1,3). Model-model tersebut bermanfaat untuk melihat perilaku sinyal MJO pada data angin zonal berkaitan dengan pola curah hujan di wilayah kajian. Background of this research is to study the importance of MJO as one of the predominant peak oscillation in the equator area. This study aims to make prediction models of MJO based on the analysis of zonal wind speed data observed by WPR that compared by the MJO index data, namely RMM1 and RMM2. The results of PSD show strong MJO signal of 45 day periods oscillations. The result of corrrelation and regression analyses also show significant relationship between both data. Therefore, it is suggested that the observed 850 mb zonal wind speed data can be used to analyze the MJO phenomenon. The MJO prediction models were developed by using ARIMA. Then we found the ARIMA model for Pontianak is ARIMA(2,0,0), Manado ARIMA(2,1,2), and Biak ARIMA(0,1,3). Those models used to see the MJO event from zonal wind data that effect to rainfall pattern in study area.
KAJIAN AWAL MUSIM HUJAN DAN AWAL MUSIM KEMARAU DI INDONESIA Giarno Giarno; Zadrach Ledoufij Dupe; Musa Ali Mustofa
Jurnal Meteorologi dan Geofisika Vol 13, No 1 (2012)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (783.991 KB) | DOI: 10.31172/jmg.v13i1.113

Abstract

Kriteria Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dalam menentukan awal musim hujan dan awal musim kemarau memerlukan waktu sebulan untuk memastikan masuknya musim hujan dan musim kemarau. Kadang didapatkan tahun tanpa awal musim hujan atau mundur hingga tahun berikutnya. Misalnya, tahun 2003, akumulasi hujan bulan Desember di Kupang 722 mm namun  bulan  tersebut  bukan  awal  musim  hujan.  Kriteria  ini  diperbaiki  dengan menggabungkan kesimpulan penelitian peneliti terdahulu yang menyimpulkan adanya hubungan kuat hujan 50 mm/dasarian dan angin baratan, dengan batas  evapotranspirasi potensial. Dengan menggunakan modifikasi hydrological onset and withdrawal index (HOWI) menunjukkan perambatan awal musim hujan dimulai dari utara menuju ke selatan dan secara zonal dari barat ke timur. Sedangkan awal musim kemaraunya dimulai dari selatan menuju utara dan secara zonal dari timur ke barat. Perbaikan metode untuk mempercepat penentuan awal musim hujan/kemarau dilakukan dengan menggabungkan data observasi hujan dan HOWI. Hasil uji di Makassar dan Kupang menunjukkan metode ini 18-20 hari lebih cepat untuk mendapatkan kepastian awal musim hujan/kemarau. Meteorology Climatology and Geophysics Agency (BMKG) criteria of onset and withdrawal need a month to ensure rainy season and dry season. Sometimes obtained year without onset or retreat to next year. Example, in 2003, rain accumulation in Kupang at Desember was 722 mm but this month was not onset. This criteria improved by combining the conclusions of previous researchers that conclude, there was a close relationship between rainfall accumulation 50 mm/decad and westerlies, with limit of potential evapotranspiration. Modified by hydrological onset and withdrawal index (HOWI) showed that onset propagated from north to south and from west to east. While the early of dry season propagated from south to north and from east to west. Improved method to accelerate certainty onset/withdrawal by combining rain observation data and HOWI. The results in Makassar and Kupang showed 18-20 days earlier to get the certainty of onset/withdrawal. 
ESTIMASI CURAH HUJAN HARIAN DENGAN METODE AUTO ESTIMATOR (Kasus Jayapura dan sekitarnya) Yunus Subagyo Swarinoto; Husain Husain
Jurnal Meteorologi dan Geofisika Vol 13, No 1 (2012)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (393.092 KB) | DOI: 10.31172/jmg.v13i1.118

Abstract

Salah satu citra satelit cuaca yang digunakan secara operasional oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) saat ini adalah citra MTSAT. Pengamatan awan dari satelit cuaca MTSAT dapat digunakan untuk menafsirkan (estimasi) hujan. Estimasi curah hujan berdasarkan pada suhu puncak awan yang diperoleh dari citra satelit MTSAT kanal IR-1 (infrared) dengan menggunakan metode Auto Estimator telah dilakukan di Jayapura dan sekitarnya. Sebagai bahan kajian digunakan citra satelit cuaca MTSAT kanal IR-1 bulan Januari dan Februari 2010. Untuk keperluan validasi dibutuhkan data observasi stasiun-stasiun meteorologi/ klimatologi Dok II Jayapura (97698), Sentani Jayapura (97690), dan Genyem Jayapura (97692). Hasil estimasi curah hujan ini dibandingkan dengan data curah hujan actual untuk mengetahui kedekatan hubungan antar keduanya. Untuk menguji keakuratan hasil dihitung nilai error (Root Mean Square Error, RMSE) dan persentate hari hujan. Hasil menunjukkan bahwa hubungan antara curah hujan hasil estimasi dengan curah hujan aktual di Jayapura dan sekitarnya pada Januari 2010 lemah dengan RMSE berkisar 117.8–215.5 mm/hari dan pada bulan Februari 2010 cukup kuat dengan RMSE berkisar 26.4–38.8 mm/hari. Tingkat akurasi estimasi hari hujan pada bulan Januari >70% dan pada bulan Februari 2010 berkisar 42.8–85.7%. MTSAT data are used by BMKG for operational purposes. MTSAT channel IR-1 can be used to estimate rainfall on surface. The rainfall estimation is derived based on the cloud top temperature by using the Auto Estimator Methode. The area of study is chosen at Jayapura and its surrounding. The period of sattellite data used are January and February 2010. Validation of the rainfall estimation is done by using observed rainfall data taken from observation stations: Dok II, Sentani, and Genyem. Results shows that the relation between estimated rainfall and observed rainfall in Jayapura and its surrounding is weak on January 2010 (117.8–215.5 mm/day of RMSE) but stronger in February 2010 (26.4–38.8 mm/day of RMSE). The accuracy of the rainfall day estimation in January 2010 is about >70% and 42.8–85.7%  in February 2010.
IDENTIFIKASI DAN DELINEASI WILAYAH ENDEMIK KEKERINGAN UNTUK PENGELOLAAN RISIKO IKLIM DI KABUPATEN INDRAMAYU Woro Estiningtyas; Rizaldi Boer; Irsal Las; Agus Buono
Jurnal Meteorologi dan Geofisika Vol 13, No 1 (2012)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (358.575 KB) | DOI: 10.31172/jmg.v13i1.114

Abstract

Tulisan ini menyajikan hasil analisis, survey dan wawancara dengan petani di Kabupaten Indramayu terkait dengan kejadian kekeringan. Klasifikasi dan peta  tingkat endemik kekeringan dianalisis berdasarkan plot antara anomali luas kekeringan dan anomali frekuensi kejadian kekeringan. Berdasarkan survey di Kabupaten Indramayu, kekeringan menjadi penyebab utama gagal panen (79,8%). Kekeringan paling sering terjadi selama 6 bulan dan bulan Juni adalah bulan yang dominan terjadi kekeringan. Sebaran rata-rata luas kekeringan per kecamatan adalah 26 Ha sampai dengan 1602,5 Ha, dengan rata-rata 406 Ha/per kecamatan. Jumlah kejadian kekeringan berkisar antara 1-9 kejadian dan rata-rata 4 kejadian kekeringan dalam kurun waktu 2005-2011. Peta endemik kekeringan menghasilkan sebaran wilayah dengan klasifikasi endemik kekeringan tinggi, agak tinggi, agak rendah dan rendah. Beberapa pilihan teknologi untuk pengelolaan risiko iklim   diusulkan dalam penelitian ini   berdasarkan peta endemik kekeringan, karakteristik dan diskripsi setiap wilayah. Wilayah endemik tinggi merupakan prioritas pertama penanganan apabila terjadi bencana kekeringan. Pada wilayah ini dapat diterapkan teknik irigasi bergilir teratur, penggunaan varietas sangat genjah dan toleran kekeringan. Untuk sawah tadah hujan digunakan padi gogorancah pada MH dan walik jerami pada MK,  pergiliran varietas dan pengaturan pola tanam. This paper presents the results of analysis, surveys and interviews with farmers in Indramayu district. Drought becomes a major cause of crop failure (79,8%). Classification and map of drought were analysis based on anomaly drought area and frequency drought data.. Distribution of average drought in Indramayu district is 406 ha and 4 incidents in 2005-2011. Map of endemic drought is produce four classification : high, middle   high, middle low and low. Several technologies for managing climate risk in this research can be designed based on the map of endemic drought, the characteristics and description of each area. Highly endemic areas is the first priority handling in case of drought. In this irrigation techniques can be applied to regular rotation, the use of very early maturing varieties and drought tolerant. For rainfed land, gogorancah can be applied during wet season, and walik jerami in dry season, rotating varieties and cropping patterns. 
PENENTUAN WAKTU TIBA GELOMBANG-P SECARA OTOMATIS DENGAN METODA SKEWNESS DAN KURTOSIS TERINTEGRASI Hendar Gunawan; Nanang T. Puspito; Gunawan Ibrahim; P. J. Prih Haryadi; Kadnan Kadnan
Jurnal Meteorologi dan Geofisika Vol 13, No 1 (2012)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (484.527 KB) | DOI: 10.31172/jmg.v13i1.119

Abstract

Penentuan waktu tiba gelombang P sangat penting dalam perhitungan parameter Peringatan Dini Gempabumi (PDG) yaitu periode dominan dan amplitudo pergeseran maksimum yang digunakan untuk memprediksi magnitudo dan lokasi hiposenter. Metodologi statistik orde tinggi yang disebut dengan Integ telah digunakan untuk menentukan waktu tiba gelombang P. Filter bandpass butterworth orde dua dengan frekuensi 0,075-4 Hz diterapkan untuk menghilangkan efek drift dan gangguan gelombang panjang. Proses integrasi sinyal broadband kecepatan dilakukan untuk mendapatkan sinyal broadband pergeseran. Dari perhitungan yang dilakukan pada 68 sinyal broadband kecepatan yang tercatat oleh stasiun CISI, Jawa Barat sepanjang periode 2009-2011 menunjukan tingkat ketelitian yang lebih baik jika dibandingkan dengan metode STA/LTA yang saat ini digunakan di BMKG. Selisih residu rata-rata metoda Integ dengan data acuan BMKG adalah -0.063 detik dengan standar deviasi 0.393 detik dan standar kesalahan 0.048 detik. Hasil ini menunjukan bahwa metoda Integ memiliki tingkat ketelitian yang baik dan dapat digunakan dalam penentuan parameter PDG. Determination of P-wave arrival time is crucial in the calculation of Earthquake Early Warning (EEW) parameters is dominant period and maximum displacement amplitude is used to predict magnitude and hipocenter. The methodology of higher order statistical called Integ used to determine P-wave arrival time. Bandpass filter of second order butterworth with frequency 0.075-4 Hz is applied to eliminate drift effects and long-wave noise. The integration procces   of velocity broadband signal applied to get displacement signal. From the calculations of 68 velocity broadband signals recorded by CISI station, West Java during period 2009-2011 showed a better accuracy compared to the STA/LTA are currently used in BMKG. Difference in average residual of Integ method to reference data of BMKG is -0063 seconds with standard deviation 0,393 seconds and standard error 0,048 seconds. These results indicate that the Integ method has high accuracy and can be used in the determination of EEW parameters.
ESTIMASI WAKTU ULANG GEMPABUMI MENGGUNAKAN BESARAN STRESS DROP STATIS DAN STRAIN RATE (Studi kasus : Gempabumi Mentawai 25 Oktober 2010) Jaya Murjaya; P. J. Prih Haryadi; Lilik Hendrajaya; Kirbani Sri Brotopuspito; Subagyo Pramumijoyo
Jurnal Meteorologi dan Geofisika Vol 13, No 1 (2012)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (236.808 KB) | DOI: 10.31172/jmg.v13i1.115

Abstract

Usaha untuk menentukan waktu perulangan (τr) gempabumi telah banyak dilakukan dengan berbagai metode, namun sampai saat ini hasilnya masih kurang memuaskan. Pada studi ini penetuan τr dilakukan dengan   menggunakan parameter karakteristik sumber gempabumi.  τr diestimasi dengan menggunakan stress drop statis (∆σ) dari parameter sumber gempabumi dan seismogram. Parameter sumber gempabumi yang digunakan terdiri dari momen seismik (Mo), Slip rata-rata (panjang L dan lebar W) digunakan untuk mengestimasi ∆σ gempabumi Mentawai (Mw 7.7) tanggal 25 Oktober 2010. 6 (enam) lembar seismogram dari stasiun seismik PPI, PSI, KLI, KAPI, AAI dan JAY juga digunakan untuk menduga besaran ∆σ untuk gempabumi tersebut. Menggunakan varian parameter sumber gempabumi pada model circular crack, didapatkan nilai ∆σ sekitar 3,6 bar sampai 28,8 bar, sedangkan pada model dip slip sekitar 9,62 bar sampai 65,86 bar. Apabila digunakan nilai strain rata-rata berorde 10-15 s-1, akumulasi stress dapat diduga sekitar 7076 Pa/tahun. Dengan membandingkan kedua nilai ∆σ yang dilepas oleh gempabumi Mentawai terhadap akumulasi stress, maka nilai τr didapat sekita 75 tahun sampai 930 tahun. A lot of methods is used to determine of earthquake recurrence time (τr) but the result was still unsufficient. τr  can be estimated by using the static stress drop (∆σ) from the earthquake source parameter (ESP) and seismogram. That parameters consist of seismic moment (Mo), Slip rate (length L and width W) is used to estimate of ∆σ of Mentawai earthquake (Mw 7.7) on Oct 25, 2010. Then the six seismograms from PPI, PSI, KLI, KAPI, AAI and JAY was used also to estimate of the ∆σ. Using the variant of ESP above to the circular crack model, the ∆σ was found around 3,6-28,8 bars, for dip slip model around 9,62- 65,86 bars. Then applied strain rate value with order 10-15 s-1, the stress accumulation can be estimated around 7076 Pa yr-1. By comparing the ∆σ values with stress accumulation, the τr is found around 75 yr until 930 yr.
SIMULASI HUJAN EKSTRIM PADA KEJADIAN BANJIR DI MATARAM TANGGAL 10 JANUARI 2009 MENGGUNAKAN WRF-EMS Wido Hanggoro; Iis Widya Harmoko; Erwin Eka Syahputra Makmur
Jurnal Meteorologi dan Geofisika Vol 13, No 1 (2012)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (531.727 KB) | DOI: 10.31172/jmg.v13i1.120

Abstract

Kejadian hujan ekstrim pada tanggal 10 Januari 2009 yang mengakibatkan banjir di Mataram disimulasaikan secara numerik dengan menggunakan dua model. Pertama, digunakan model WRF EMS (Weather Research and Forecasting Environmental Modeling System) dengan resolusi 5 dan 15 km. Kedua, menggunakan model IDW (Inverse Distance Weighted) dengan resolusi 15 km. Hasil simulasi tersebut dibandingkan dengan pola distirbusi curah hujan hasil pengamatan pada tanggal-tanggal yang sama. Hasil simulasi keduanya menunjukkan kesamaan dengan nilai korelasi mencapai R 0,43 dan RSME 83,24 untuk kasus hujan pada tanggal 10 Januari 2009, sedangkan simulasi hujan untuk tanggal 5 – 11 Januari 2009 menunjukkan nilai rata-rata korelasi, koreksi dan  RSME masing-masing 0,30; 5,25 dan 41,60. Two numerical simulation models were used to simulate extreme rainfall on January 10, 2009 that caused flood in Mataram, i.e. WRF EMS (Weather Research and ForecastingEnvironmental Modeling System) and IDW (Inverse Distance Weighted), respectively. The result based on 15 km and 5 km resolusions were compared with the distribution pattern on the same date. The 15 km resolution on IDW method showed value of R 0.43 and RMSE 83.24 for January 10, 2009, whilst the average correlation, correction and RMSE for January 5-11, 2009 are respectively 0.30, 41.60 and -5.25 m, respectively.
STUDI AWAL ANALISIS INTERAKSI LAUT-ATMOSFER PADA TEKANAN PARSIAL CO2 DI TELUK BANTEN Salvienty Makarim; Herlina Ika Ratnawati; Andreas A. Hutahaean
Jurnal Meteorologi dan Geofisika Vol 13, No 1 (2012)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31172/jmg.v13i1.116

Abstract

Teluk Banten yang terletak di Laut Jawa merupakan suatu daerah yang berpotensi untuk terjadi tekanan parsial karbon dioksida (pCO2) yang siginifikan akibat aktivitas sosial-ekonomi di daerah ini. Kajian awal ini merupakan analisis menggunakan data survei dari parameter-parameter oseanografik dan atmosferik. Hasil studi awal interaksi laut-atmosfer terhadap tekanan parsial CO2 di Teluk Banten memperlihatkan bahwa pCO2 yang tinggi berada di area open sea dan relatif berkurang mendekati arah muara. Kondisi ini disebabkan oleh kecepatan angin yang dapat mempengaruhi kondisi suhu dan elevasi permukaan laut, sedangkan profil salinitas di Teluk Banten memperlihatkan bahwa nilai salinitas tinggi ke arah open sea dan rendah ke arah teluk, sedangkan profil stratifikasi sampai kedalaman sekitar 12 meter tidak banyak berubah. Data pengukuran elevasi laut dengan mengindikasikan adanya pola asymmetric pasut diurnal (24 jam-an) dan pola pasut 8 jam-an. Pola Curah Hujan terhadap konsentrasi CO2 atmosfer pada data per bulan-an (monthly) menunjukkan bahwa pada musim penghujan 2007 (bulan Januari-Februari) Curah Hujan (CH) tinggi dan nilai CO2 juga tinggi khususnya di bulan Februari 2007, sedangkan di musim peralihan 2007 (Februari-Maret) CO2 menurun. Banten Bay located in the Java Sea is a potential place for occurrence of significant partial pressure of Carbon Dioxide (pCO2) values due to the social-economic activities on this area. This preliminary study used analysis of survey data of oceanographic and atmospheric parameters. It provided pCO2 values were high at the open sea and relatively decreased close to the bay. This condition was caused by wind speed affecting to the temperature and surface elevation. Meanwhile the salinity profile gave high values at the open sea and lower values at the area close to the bay, while the stratification profile up to 12 meter depth did not change much. The sea elevation data indicated asymmetric diurnal and 8 hours tide patterns. During the rainy season 2007 (January-February) the monthly precipitation values and consentration of CO2 atmosphere values were strong while at the intra-seasonal time 2007 (February-March) these values were significantly small.
Sampul Jurnal MG JMG BMKG
Jurnal Meteorologi dan Geofisika Vol 13, No 1 (2012)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sampul Jurnal Volume 13 No 1 Tahun 2012

Page 1 of 1 | Total Record : 9